Meja makan dengan bentuk oval itu terlihat begitu besar jika disandingkan dengan anak perempuan yang baru saja genap dua tahun. Tangannya tak henti membuat sebuah irama dengan sendok dan garpu yang berdenting dengan piring berbahan plastik.
Tangan mungil itu terus mengaduk makanan di dalam piring tanpa berniat menghabiskan. Makanan tentu bercecer ke meja.
"Syaki kenapa kok gak mau makan?"
"Au te ayah" Jawabnya begitu lirih. Bicaranya masih cadel meski jika dibanding dengan usianya kemampuan verbalnya termasuk cepat.
"Mau ke Ayah? Oh Syaki kangen ya sama Ayah?"
Mulutnya sibuk membulat tanda cemberut. Meski begitu, kepalanya tetap mengangguk menyetujui ucapan sang Bunda.
"Kalau begitu Syaki harus banyak mendoakan Ayah ya supaya urusan Ayah cepat selesai."
Syaki mengangguk untuk yang kedua kalinya. Kemudian tangannya diangkat menengadah untuk berdoa.
"Bismillahillahmanillahim. Allahumma balik Lana pima lojaktana wakina adabanal. Amin. Utah..." Jawabnya menjadi riang.
Bunda mengerutkan dahi mendengar doa sang anak.
"Lho kok doanya itu? Bukannya itu doa mau makan kan?"
"Iya tapi kata Bunda kalau disuluh berdoa itu yang dibaca."
"Alhamdulillah Syaki hebat sudah bisa mendoakan Ayah." Puji bunda sambil mengelus kepala Syaki dengan gemas.
Dalam hati Bunda tertawa mendengar jawaban si kecil. Sesaat bunda langsung mengerti karena doa yang diajarkan kepadanya secara intens baru doa mau makan. Meski begitu Bunda tetap bangga kepada si kecil. Semoga kelak menjadi anak yang shalihah. Amin
0 komentar