Memiliki anak yang seringkali sakit sebenarnya membuat hati ketar-ketir. Ketika masa sehat, sifat protektif berlebihan mulai muncul sebagai bentuk pertahanan dari rasa trauma melihat anak tak berdaya.
Beberapa tahun lalu anak saya sakit cukup parah. Sudah lama sih tapi kejadian ini begitu terkenang dalam benak saya (cerita lengkap bisa dibaca di buku antologi yang berjudul "Di Sisi Pembaringan"). Dibawalah dia ke dokter anak yang berbeda berhubung dokter anak langganan sedang tidak praktek.
Kemudian dokter ini dengan entengnya bilang begini.
"Anaknya kurus sekali, termasuk gizi buruk. Semua salah siapa? Ya salah orang tuanya. Saya yakin anak ini kalau sudah sekolah akan menjadi bodoh karena orang tuanya ngasih gizi yang sangat buruk."
Saya mencelos mendengar ucapan si dokter. Dia bilang begitu tanpa bertanya riwayat yang terjadi pada kesehatan anak saya.
Mudah2an cerita d atas suatu hari nanti bisa tertulis lagi, menyadarkan para dokter yang bermulut tajam yang ada malah mematahkan semangat.
Kalau sekarang lagi trading banget ya tentang baby shaming. Salah satu turunan dari body shaming atau mengomentari fisik dengan perkataan negatif yang membuat sakit hati bahkan bisa mempengaruhi mental seseorang.Kalau baby shaming ini kan ditujukan kepada anak. Seringnya sih anak bayi atau batita ya.
Beruntung saya bukan termasuk ibu yang mudah down meski tak dipungkiri perkataan dokter tersebut cukuo melukai ego saya yang udah berjuang habis-habisan mempertahankan kondisi anak agar tetap stabil kesehatannya. Bagaimana jika perkataan itu mengenai seorang ibu yang tak mampu mengendalikan kestabilan hatinya ketika disudutkan seperti itu?
Besoknya, saya langsung menemui dokter langganan yang menangani sakit anak saya. "Santai aja, anak aktif dan cerdas begini kok dibilang bodoh. Saya sudah bertahun-tahun menjadi dokter anak dan tahu jika ada gejala kelainan pada mental anak. Dokter itu selalu diajarkan retorika berbicara dengan pasien selama perkuliahan."
Andai semua dokter seperti ini, mengobati fisik dan juga memiliki perkataan yang baik dengan terus mengedukasi seorang ibu. Saya yakin, tidak akan ada ibu yang sudah paranoid duluan kalau mau periksa anaknya.
0 komentar