New Logo
Jurnal Refleksi Kegiatan Homeschooling 24 Agustus 2021
Setiap hari pasti banyak hal terjadi bersama anak-anak. Untuk tulisan kali ini, aku mencoba membuat jurnal refleksi dari setiap kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk evaluasi dari pencapaian yang dilalui anak.

Ekspektasi menjadikan anak shaleh, baik, cerdas dan sifat baik lainnya pasti menjadi semua harapan orangtua ya, tapi aku coba untuk tidak memasang ekspektasi di luar logika dengan menuntut banyak hal tanpa ada standar yang jelas. Anak-anak setiap hari bertumbuh, maka jangan melewatkan setiap perkembangan kebaikan yang dilakukan. Tentu, mencoba apresiasi sekecil apapun yamg dilakukan dan berfokus saja dulu terhadap hal-hal yang akan menjadi pencapaian.

Hal Baik Yang Terjadi

1. Bundamima

Aku membentuk mindfullness. Semua kegiatan targetnya adalah kebahagiaan yang positif. Tak perlu risau kalau rumah masih berantakan, tak perlu pusing jika cucian belum terjemur. Lebih bersabar jika anak-anak belum mau belajar akademik sesuai target. Asalkan mereka terus produktif, gak seharian mager dan rungsing. Tak perlu merasa gagal juga jika targetan pribadi tidak tercapai denhan maksimal.

Aku belajar mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan rumah yang dirasa bisa dilakukan oleh anak-anak. Seperti mengambil jemuran kering bisa dilakukan Muiz, menjemur pakaian basah bisa dilakukan oleh Syakira. 

Kebetulan ayahnya anak-anak hari ini masih libur kuliah karena persiapan ujian, jadi akupun mencoba meminta bantuannya untuk menjaga Muadz, sedangkan aku mengerjakan urusan kantor membuat pelaporan. Meski hanya 30 menit karena Muadz tetap saja bolak balik bercerita atau menunjukkan sesuatu yang dia senangi, tapi Alhamdulillah ada laporan yang bisa diselesaikan.

Semua hal yang terjadi hari ini aku syukuri. Emang tak ada masalah ya? Banyaaaak... Tapi aku sedang mencoba membuat filter hal-hal yang menyenangkan saja yang kutinggalkan jejak hari ini.

2. Syakira

Hari ini Syakira cukup mager mengerjakan tugas-tugas akademiknya. Alhamdulillah setidaknya ada satu tugas yang dikerjakan meski itupun tidak selesai, yaitu menulis Al-Quran hingga 4 baris.

Syakira lebih memilih berkreasi di dapur membuat roti bintang untuk Muadz, tak lupa juga membuat roti bakar untuk Muiz. Kegiatan memasak memang menjadi kegiatan favorit Syakira, meski dilıar rencana tapi aku sangat apresiasi dengan ide kreatifnya.

3. Muiz

Hari ini, kami mencoba survey sekolah yang cocok untuk Muiz. Tujuannya lebih kepada memberikan fasilitas kegiatan sosial supaya dia memiliki teman. Muiz termasuk anak yang percaya diri jika bermain di taman dengan tetangga yang asli pribumi orang Turki.

Saat kami mengobrol dengan Kepala Sekolah, Muiz diajak bermain di kelas oleh gurunya. Setelah dirasa cukup, kami memutuskan untuk pulang. Muiz pun keluar dari kelas dengan mata yang berair dan langsung kupeluk.

"Muiz nangis kenapa?" tanyaku.
"Aku berusaha menahan nangis, banyak orang yang nanya tapi aku ga tahu harus jawab apa."Aku terus peluk Muiz sambil mengatakan kalau dia hebat sudah belajar mencoba hal baru.

Sampai di rumah Muiz semangat mengajak belajar, sebenarnya bukan belajarnya yang dia suka. Tapi, biar bisa mengajakku bermain game. Hahaha...

Sudah beberapa hari ini, kami bermain game bersama. Berhubung aku dianggap hebat, jadi alu yang bermain game, dia yamg menonton aja. İbu-ibu boleh dicoba tipsnya ya, lebih hebat dari anak dalam urusan game, jadi dia ga bermain, cukup menonton aja. Kegiatan ini juga bisa sambil loby-loby misi kita supaya dia mau nurut. Hehe...

4. Muadz

Dibandingkan dengan kakak-kakanya, Muadz teemasuk paling lambat dalam kecakapan berbicara. Tapi, hal itu tidak begitu bermasalah karena bisa terus dicoba untuk stimulus. 

Muadz mulai bisa menceritakan 2 sampai 3 kata. Misal "Adek minum" "bayi nangis" "ada kopek (anjing) disana" "mau lihat araba (mobil)"

Saat ini topik yang menarik buat dia sampai bisa menjadi stimulus untuk bercerita tentang Araba dan Balon.

Tantangan

Dari kegiatan hari ini, tantangan yang harus dilakukan adalah:

Sebagai orangtua, harus mampu mengelola mood anak-anak supaya tetap stabil. Selain itu, harus lebih kreatif menyajikan kegiatan yang menarik.

Kembali lagi kepada orangtua ya, jika orangtua stabil emosinya, anak-anak juga akan stabil. Anak-anak juga akan lebih produktif, kalau orangtua bisa memfasilitasi dan menstimulus mereka untuk bergerak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *